selamat datang diblog. semoga bisa memberikan informasi yang bermanfaat, selamat membaca :)

Teman A (Alpenliebe)



Kemarin adalah hari yang spesial bagiku, betapa tidak, itu adalah pertama kalinya aku main berdua dengan ‘teman perempuan’. Selain itu kemarin juga pertama kali ke rumahnya, semua di luar ekspektasi, karena bagi seorang anak rumahan, main berdua dengan perempuan walaupun hanya sebatas teman, merupakan sebuah pencapaian haha, seorang teman pernah berkata ”segala sesuatu yang kamu lakukan pertama kali, akan selalu teringat” yaa aku sendiri mengamini perkataannya, dan benar saja sampai sekarang masih membekas di ingatan.

Hari-hari yang dijalani terasa lebih berwarna, apakah perasaan ini telah sampai padanya, ah masih terlalu dini memikirkan hal itu. Berbalas pesan semakin intens, di kelas seolah tidak terjadi apa-apa hanya bersikap biasa saja, satu hal yang baru aku tau adalah dia sangat suka permen lollipop, khususnya lolipop ‘Alpenliebe'.  bahkan dia pernah “memaksa” untuk dibelikan. dia juga suka batagor, bakso, mie ayam, cuanki semuanya harus pedas.

Beberapa minggu kemudian aku berinisiatif mengajaknya main, dan ternyata dia mengiyakan, tujuan tempatnya adalah ke salah satu curug yang lumayan terkenal juga karena pernah diliput salah satu acara tv swasta. Jam 7 pagi berangkat kerumahnya, mampir ke warung sebentar beli lollipop, 30 menit perjalanan sampai ke rumahnya, untuk kedua kalinya, ya aku menghitung setiap kali ke rumahnya, entah datang kepagian atau apa, waktu datang dia belum siap, bahkan keluar masih dengan baju tidurnya. “Too early boy” katanya. yasudah menuggu lah tapi menunggu perempuan mandi itu katanya seperti menuggu waktu buka puasa, lama. tapi dia beda, hanya beberapa menit sudah selesai dengan bedak tipis di wajahnya. "udah cantik" pujiku setengah genit

Berangkatlah kami bermodalkan pengetahuan jalan seadanya dan bantuan google maps, ada yang bilang perempuan itu kurang pandai membaca peta, dan benar saja beberapa kali nyasar, alhasil sampe ke sana siang, matahari sedang panas-panasnya, sialnya itu bukan satu-satunya kesialan kami saat itu, karena saat mau ke curugnya kami “dihadang” oleh segerombolan monyet, lumayan bikin ciut juga tapi di depan perempuan ketakutan itu harus disembunyikan baik-baik, kan? ya begitulah, dengan sedikit keberanian mencoba mengusir monyet-monyet itu, tapi hasilnya nihil karena diusir satu yang datang satu pasukan. Akhirnya menyerah dan memutuskan untuk pulang, ternyata selalu ada hikmah dibalik itu semua karena ..

To be continued…

Teman A (Debut)


“ke Cianter aja” balasku. dan dianya setuju, dalam hati masih tidak percaya dan pikiran sudah berimajinasi saja dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nanti, haha dasar aku. Tentu saja harus menyiapkan beberapa topik pembicaraan untuk mencairkan suasana nantinya, dimulai dengan stalking akun facebook dan instagram nya, waw ternyata aktif juga dia medsos, bahkan foto-foto lamanya masih ada, lumayan buat bahan obrolan.

Hari yang ditunggu pun tiba, perasaan campur aduk seolah masih tidak percaya, maklum ini adalah debut main berdua sama lawan jenis, walaupun hanya teman. Setelah mengirimkan alamat rumahnya, kurang familiar juga dengan daerahnya, butuh waktu untuk menemukannya, setelah bertanya sana sini, akhirnya ketemu walaupun dia nunggu dia pinggir jalan. Dan kami pun berangkatlah, cuss…

Ohh iya untuk mengabadikan momen-momen langka ini, aku pun berinisatif bawa kamera, siapa tau dia juga senang foto-foto kan, selama di perjalanan obrolan hanya seputar basa basi saja, setelah hampir menempuh waktu 45 menit, akhirnya kami sampai di tempat tujuan, dingin, yang pertama dirasakan, karena tempatnya berada di ketinggian, bergegas untuk mencari spot santai sambil foto-foto tentunya, bosan di satu tempat lalu pindah ke tempat lain dan ke tempat lainnya, ada tempat perkemahan juga ternyata.

Akhirnya memutuskan ke curug, yang masih dalam satu kawasan, cukup melelahkan juga menaiki anak tangga, untungnya tracknya sudah bagus, kulihat dia yang sepertinya mulai kepayahan “dikit lagi, ayo semangat” ucapku untuk menyemangatinya. Dan wuusshh hembusan air yang terbawa angin seketika menyegarkan, “akhirnya” ucapnya dengan wajah penuh kegembiraan. Di curug hanya main air dan foto-foto, sekitar 30 kami pun kembali dan memutusakan untuk duduk santai dekat sungai ditemani oborolan hangat dan camilan yang dibawa. “ternyata dia orangnya asik juga ya” lamunku. “heyy” teriaknya menyadarkanku dari lamunan. “pulang yuk, udah mau ujan” tambahnya. “ayoo” jawabku singkat.

Seperti biasa perjalanan pulang terasa lebih singkat, tak lama kami pun sampai di rumahnya, dia menawarkan untuk singgah sebentar dan mengajaku masuk, merasa tidak enak akhirnya meng-iyakan tawaran tersebut, ternyata di rumah hanya ada ibunya dan keponankannya, hari semakin sore aku memutusakan untuk pamit, “hati-hati, kalo udah nyampe kabarin” katanya “siap, makasih yaa” jawabku yang membuat dia terlihat kebingungan..


To be continued….

Teman A (Ajakan)



Handphone sudah menjadi salah satu gawai yang wajib dipunyai setiap orang di era sekarang, tak tekecuali siswa sekolah, merasa beruntung lahir di tahun 90an, lebih tepatnya generasi Z, lebih muda dari generasi milenial atau gen-Y, piece hehe.
Salah satu fungsi utama handphone adalah untuk berkomunikasi, dulu masih SMS, sekarang sudah ada aplikasi masengger, cukup bermodalkan kuota internet atau koneksi wifi, salah satu aplikasi masengger populer sekarang adalah whatsApp.

Salah satu fitur Whatsapp adalah group chat, dan kelas pun membuat group whatsapp berisi siswa kelas tentunya. notifikasi tanda  masuk group, ternyata dimasukan oleh ketua kelas yang “nyambi” jadi admin group wa, melihat nama-nama anggota group wa ternyata ada yang memakai nickname ~tiara, apakah ini nomor dia? dari foto profilnya foto quote kata-kata bijak gitu, mau di chat, tapi takut salah orang, biarkan saja dulu.

Di kelas ada pembagian tugas keompok dan yeah keburuntungan masih berpihak, satu kelompok dengan dia, dan semua berawal dari sini. Tiba-tiba ada pesan masuk “adiis”. Dari nomor nickname ~Tiara tadi, setelah memastikan ternyata benar itu nomornya. “Kusuma” save. Kebiasaan kalo menamai kontak wa perempuan kalo bukan nama panggilan ya nama belakangnya. Ternyata nanya tugas kelompok progress nya  baru sampai mana, seiring berjalannya waktu chatingan pun bukan selalu tentang tugas, lebih ke personal dan lebih intens, rumah di mana, lulusan mana, dan 101 pertanyaan lainnya.

Suatu waktu pernah iseng nanya “tiara udah punya pacar?” tanyaku “belum adis ehh, kan waktu itu udah pernah bilang” balasnya satu menit kemudian. Dari kecepatan balas chatnya memang mengindikasikan dia jomblo sepertinya haha. Belum juga sempat balas, dia chat lagi “adis ajakin main keu, bosen nih butuh refreshing hehe” tambahnya. “waw mimpi apa nih semalem, tiba-tiba orang disukai diam-diam ini ngajak main” batinku. Dengan kecepatan cahaya langsung ku balas saja “ main kemana?”. “kemana keu, yang hijau-hijau gitu, pengen ngadem hhe” balasnya. “sama siapa aja mainnya, sama temen kelas juga?” untuk memastikan. “gak usah, berdua aja maennnya wkwk” balasnya lagi. “hmm,. gimna yaa, gak enak atuh sama anak-anak, tapi kalo maksa mah ayoo haha” send. Siapa yang enggak ge-er di ajak main sama orang yang disuka, berdua aja lagi, kan aklahdyuaodhajfkahfak haha. Dan dia balas lagi “ yaudh ayo, tapi kemana nih” dibalas saja “kalo mau yang adem mah ke ……..”


To be continued…..

Teman A (permulaan)



Setelah mengetahui namanya walaupun tidak secara langsung , apa yang ingin kita ketahui dari seseorang yang kita sukai, cintai atau apalah sebutannya, ya. Semua tentang dirinya; rumahnya di mana, almamater mana, film favoritnya apa, warna kesukaannya apa termasuk 101 pertanyaan lainnya, dan yang paling penting adalah, apakah dia sudah punya pacar? Semoga belum, karena 100 pertanyaan lainnya akan percuma jika dia sudah punya.

Oh iya, entah kebetulan atau bukan, kami. Aku dan dia maksudnya berada dalam satu ruangan belajar a.k.a sekelas. Seperti kebiasaan di bangku sekolah sebelumnya selalu memilih posisi baris sebelah kanan, yap. Itu adalah posisi favorit sedari waktu SD. Dan tebak di mana dia duduk? Ternyata lebih memilih posisi tengah-tengah, menurut survey yang dilakukan sendiri dengan cocoklogi, posisi tempat duduk di kelas menentukan kepribadian seseorang, di tengah artinya orangnya biasa saja, bukan tipe orang yang rajin belajar ataupun pemalas.

Karena semua siswa baru, obrolan di kelas pun hanya seputar background masing-masing, ada yang memang orangnya mudah bergaul ataupun yang pendiam, lagi-lagi dia orangnya menengah, artinya pendiam bukan aktif juga bukan. Diam-diam kuperhatikan saja dirinya, tak terasa jarum Jam sudah menunjukan waktunya pulang.

Dari kejauahan saat perjalanan pulang dia sedang berdiri sendiri seperti menunggu seseorang, “kok belum pulang?” tanyaku spontan. “ehm., iya belum nih, eh kamu Adis kan?” jawabnya dengan kebingungan. “hehe iya, lengkapnya Adisura, tiara. pasti lengkapnya tiarap yah hha” jawabku untuk mencarikan suasana. “diih bukan eh, kenalin Tiara Kusuma Putri Wijaya” sambil menjulurkan tangannya dengan bangga. “panjang yaa, oh iya, lagi nungguin siapa nih?” tanyaku lagi. “nama adalah doa, nungguin temen aja” jawabnya sambil melihat handphone. “temen apa temen, pacar meren haha” sebuah pertanyaan klasik untuk mengetahui seseorang sudah punya pacar atau belum. “temen eh, mana ada pacar, Adis kali mana pacarnya?” dengan nada sedikit tinggi . “oh jomblo nih ceritanya, pacar aku mah masih dalam pencarian” sebuah jawaban formalitas. “bukan jomblo eh, udah nyoba tanya di mbah gugel belum” jawabnya dengan ketawa kecil “sama aja atuh, lho, emang ada gitu “ balasku balik  “ ayuuu.. , coba aja cari, Adis duluan ya” berteriak sekaligus berjalan ke arah temannya yang pernah kulihat sebelumnya. “iya hati-hati” jawabku singkat .

Sebuah permulaan yang bagus, perkenalan singkat namun pertanyaan ke 101 setidaknya sudah terjawab, walaupun belum tentu kebenarannya. “damn, no hp nya lupa minta” ah masih ada hari esok, semoga saja.


To be continued…

Teman A (tanpa perkenalan)

Disclaimer : nama tokoh dan tempat bukan sebenarnya)



“dreettt…. “  sore itu handphone berbunyi tanda ada notifikasi masuk, ah ternyata pesan dari dia, entah kenapa saat itu perasaannya biasa saja, tidak ada raut kegembiraan di wajah yang biasanya langsung senyum-senyum sendiri saat mengetahui ada pesan masuk dari dia.
Sudah 6 bulan lamanya kami tidak melakukan chatingan intens, hanya sesekali ketika ada butuh atau dibutuhkan, berbeda sebelum 6 bulan itu berbalas pesan sampai lupa waktu, rasanya waktu cepat berlalu begitu saja.

Jauh kembali saat petama kali melihatnya, dari kejauhan sudah terlihat sorot matanya yang mencuri perhatian, ditambah dengan senyum manisnya. “siapa perempuan berkemeja itu?” gumamku dalam hati.
Hari itu gagal untuk mengetahui namanya, namun keesokan harinya ada seseorang yang memanggil namanya cukup keras, seseorang itu memanggil “tiara.. tungguin”. Ah ternyata namanya tiara, lega sekaligus kecewa karena tidak mengetahuinya secara langsung dari orangnya.

Hari pertama masuk sekolah memang selalu excited, bertemu orang baru dengan lingkungan baru juga, berangkat lebih awal adalah sebuah keharusan bagi siswa baru. Ternyata ada yang sudah lebih awal datang. Tiara, orang itu sedang duduk sambil memainkan handphone nya, mungkin itu cara semesta memainkan perannya, sebuah moment yang tepat untuk berkenalan secara langsung dengannya.
“hai, boleh duduk” kata yang bisa keluar dari mulut dengan terbata-bata, “ohh iya boleh” jawabnya singkat, dengan tatapan matanya masih ke layar, bingung yang kurasakan saat itu, mau memulai obrolan bukan hal yang mudah.

Satu persatu siswa yang lainnya mulai berdatangan, kebanyakan dari mereka sepertinya memang sudah berteman sebelumnya, terlihat dari cara mereka bercanda, sialnya aku datang kesini benar-benar sendiri, memainkan handphone walaupun hanya scroll buka kunci layar lebih baik daripada bengong sendiri.
Ada yang mulai bersalaman satu sama lain untuk berkenalan, walaupun tetap saja berkenalan dengan perempuan itu belum terwujud, setidaknya untuk hari itu.


To be continued……